Pendiri Kedai "Kopi Berkata", Dari Pekerja Menjadi Pengusaha
- Octalief Adithia Graham
- May 8, 2019
- 4 min read

Tangerang, TWJ - Ditengah – tengah dunia perbisnisan, banyak sekali anak muda yang memulai usahanya sedini mungkin. Tantangan dan rintangan tidak terelakkan, permasalahan modal, kematangan ide bisnis, serta perekrutan adalah persoalan yang vital untuk meniti karir sebagai pengusaha muda. Bagas Al-Haekal Nasution contohnya, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.
Berawal ketika dirinya sedang bersantai di sebuah kedai kopi di daerah Tangerang bersama temannya, Dicky. Ketika sedang bercerita Haekal pun mengutarakan kengingannya untuk membuka usaha. Mendengar hal tersebut, Dicky pun langsung terpikir tentang temannya, Alpin yang dulu merupakan seorang Barista di sebuah kedai kopi. Alpin ini ingin sekali memiliki kedai kopinya sendiri demi menyalurkan hobi dia sejak lama. Saat itu, Dicky mengenalkan Haekal dan Alpin. Mereka saling bercerita mengenai latar belakang diri masing – masing serta keinginan keduanya untuk membuka suatu usaha. Akhirnya setelah mengetahui satu sama lain dan memiliki keinginan yang sama, Haekal dan Alpin memutuskan untuk membuat kedai kopi mereka sendiri.
Ketika ingin membuat usaha kedai kopi ini, mereka terhalang dengan jumlah modal yang lumayan memberatkan dan ini merupakan hal wajar saat ingin membuka usaha. Usaha Haekal untuk mencari modal mulai dari meminjam ke ayahnya tidak berbuah manis. Untuk menyiasati hal tersebut, Haekal pun mencari pekerjaan part time demi mendapatkan modal yang cukup meski pada saat itu Haekal pun masih berkuliah.
Hasil dari jerih payahnya mengumpulkan modal terbayarkan. Haekal akhirnya bisa membuka kedai kopi miliknya bersama temannya, Alpin. Haekal sebagai pemodal dengan Alpin yang berperan sebagai Barista dengan pengalamannya. Namun, Haekal tetap ingin usaha ini dijalankan bersama – sama dengan aroma pertemanan bukan sebagai atasan. Sebenarnya, usaha ini telah mereka rencanakan sejak 2 tahun yang lalu sekitar tahun 2017. Tapi seperti yang sudah diakatakan modal adalah tingkatan yang harus dicapai pertama kali. Kembali lagi saat Haekal mencari modal, Alpin berinisiatif untuk memberikan pelajaran untuk meracik kopi kepada teman – temannya yang ingin menjadi calon pegawai di kedai kopi ini sambil menunggu Haekal mengumpulkan modal.
Barulah tepat pada 9 Maret 2019 Haekal mengadakan soft launching sebagai tanda diresmikannya pembukaan kedai kopi ini yang bernama “Kopi Berkata”. Suatu awal yang baru setelah 2 tahun bekerja keras demi mewujudkan keinginannya. Belum lagi tantangan seperti diremehkan oleh ayahnya sendiri dengan cara tidak diberikan modal usaha, diremehkan oleh teman – teman kampus adalah tantangan yang dihadapi Haekal. Namun bukan seorang dengan mental pengusaha jika mendapat sebuah cercaan saja sudah menyerah, Haekal tidak peduli dengan hal semacam itu. Ia terus membuktikan kepada orang – orang dan terutama ayahnya bahwa dia layak untuk diperhitungkan. Motivasi juga didapatkan dari teman – temannya yang serius ingin belajar menjadi barista dan menjadi bagian dari “Kopi Berkata”.
Lokasi Kedai “Kopi Berkata” ini di Jalan Berhias no. 36 RT 02 RW 01 di daerah Pasar Baru, Tangerang. Dan bisa dicari juga di Google Maps dan Instagram dengan alamat: @kopiberkata_. Kedai ini buka dari jam 17.30 sampai dengan jam 23.00 setiap hari.

Di kedai “Kopi Berkata” ini Haekal memiliki 6 orang anggota, yaitu Haekal sebagai owner, Alpin sebagai Barista yang paling senior walaupun umurnya adalah yang paling muda diantara 5 teman lainnya. 5 Orang ini adalah rekrutan dari berbagai macam kebidangan seperti, akuntansi, hukum, manajemen, teknik, bahkan sudah ada yang menjadi sarjana komputer. Anggotanya pun sudah memiliki persiapan mental sehingga tidak gugup saat menjalankan usaha yang sudah berjalan sekitar 2 bulan ini, ditambah lagi dengan Haekal dan Alpin yang masing – masing memiliki pengalaman kerja.
Selama 2 bulan dibukanya Kedai “Kopi Berkata” ini progressnya sudah cukup baik dengan jumlah konsumen yang konsisten setiap harinya. Serta kedai “Kopi Berkata” ini juga baik secara sistem manajemen dan keuangan.
"Secara tertulis itu usaha saya, tetapi saya ingin temen-temen merasa memiliki usaha tersebut. Makanya Alhamdulillah diihat dari progressnya meningkat dalam 2 bulan terakhir ini”. tutur Haekal.
“Sistem kerja serta keuangan pun sudah bagus, karena balik lagi saya dan Alpin ada basic pengalaman kerja. Dan kita terapkan (sistem) di kedai ini. temen-temen pun juga mengikuti. Untuk keuangan sendiri kita pakai aplikasi, jadi semua transaksi based on data dan real ya. Maka dari itu kita juga termasuk kedai yang sangat cepat menerima mesin EDC (Electronic Data Capture) seperti bank BCA, CIMB Niaga, dan BNI”. Tambah Haekal".
Untuk pendapatan, Haekal mengatakan tidak ingin tidak menargetkan secara spesifik berapa nominalnya. Katanya, saat baru buka untuk mencapai tingkat stabil (segi finansial) dari usaha tersebut minimal 3 bulan. Sitem manajemen dan keuangan juga telah dibuat bersama dan berbasis online ini dibuat untuk menghindari human error dalam penghitungan uang sehingga semua transaksi ada datanya dan uang kas pun bertambah tanpa mengabaikan fixed cost, tidak lupa demi menganitispasinya sistem jika terjadi down server pembukuan secara manual pun dilakukan. Untuk omzet,Haekal meraup keuntungan rata-rata sekitara 1 juta rupiah perhari dengan modal pembelian bahan baku selama seminggu yaitu 1 juta rupiah.

Comentários