top of page
News Channel: Blog2

"After Credit" Naiknya Tarik Ojek Online

  • Writer: Lukito Wijaya
    Lukito Wijaya
  • May 8, 2019
  • 5 min read

Jakarta, TWJ - 1 Mei 2019 diperingati sebagai Hari Buruh. Selain memperingati hari tersebut, tarif ojek online meningkat pada hari yang sama. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) no 12 tahun 2019 tentang Pelindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor Yang Digunakan Untuk Kepentingan Masyarakat.


Pantuan pewarta TWJ pada infografik Katadata karya Yosepha Debrina Ratih Pusparisa pada 8 Mei 2019 di Jakarta, menjelaskan tarif baru ojek online terbagi 3 zona: zona 1 termasuk daerah Sumatera, Jawa (selain Jabodetabek), dan Bali, zona 2 untuk Jabodetabek, dan zona 3 terdiri dari Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku, dan Papua. Zona 1 memiliki tarif Rp 1.850,00 – Rp 2.300,00 per kilometer (km). Zona 2 dipatok mulai dari Rp 2.000,00 – Rp 2.500,00 per km dan zona 3 menjadi yang termahal diantara tiga zona, yaitu Rp 2.100,00 – Rp 2.600,00 per km. Ongkos minimal zona 1 dan 3 sama, dengan rentang Rp 7.000,00 – Rp 10.000,00, sedangkan zona 2 dimulai dari Rp 8.000,00 – Rp 10.000,00.


Infografik: Katadata. Penulis: Yosepha Debrina Ratih Pusparisa

Budi Setyadi, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, mengatakan semua pemangku kepentingan dapat menyepakati besaran tarif tersebut. Daya beli masyarakat juga diperhitungkan dalam kenaikan tarif ini. Budi juga akan melakukan evaluasi setiap tiga bulan dengan melibatkan tim independen. “Bisa saja tarifnya tetap, bisa naik atau turun,” ujar Budi saat diwawancara di Jakarta, Senin (25/3).


Kenaikan tarif dirasakan beragam, baik penumpang maupun mitra ojek online. Dessy, salah satunya. Perempuan yang bekerja di daerah Tangerang ini menuturkan biaya ojek online minggu ini super mahal. Setelah kenaikan tarif, dari Stasiun Tangerang menuju Serpong tempatnya bekerja, dia harus merogoh kocek sebesar Rp 40.0000,00. “Sekarang 40 ribu, kemarin dari Tangerang ke Serpong cuma 22 ribu,” kata perempuan 24 tahun tersebut.


Perempuan yang bekerja sebagai wiraswasta ini mengatakan dirinya menggunakan ojek online karena di daerah tempat kerjanya, tidak ada halte Transjakarta dan tidak ada tumpangan dari teman kerjanya. “Saya tidak bisa bawa motor, tidak ada tebengan juga, kalau kepepet ya naik ojol,” ujarnya ketika ditanya alternatif menggunakan kendaraan pribadi.


Namun, dampak yang merugikan dirinya tidak membuat Dessy mengesampingkan keuntungan dari ojek online. Dia merasa terbantu dengan adanya ojek online karena dia tidak perlu berjalan jauh untuk menghampiri ojek online, karena dia selalu mendapat driver di tempat dia memesan. Senada dengan Dessy, Irinne (20) menyampaikan ojek online tetap memenuhi kebutuhannya.


Mahasiswi Universitas Pertamina ini menjelaskan dirinya butuh transportasi yang cepat, nyaman, dan mudah ditemui. Dia merasa kriteria itu ada di ojek online. Perempuan yang sedang menempuh kerja praktik ini memiliki lokasi kerja di daerah Kuningan, Jakarta Selatan, sehingga lebih jauh jarak tempuh dari rumahnya yang berada di daerah Slipi dibanding jarak tempuh ke kampusnya di Simprug, Jakarta Selatan.


Perempuan 20 tahun ini memberikan gambaran tarif yang dibebankan kepadanya. Perjalanan dari rumah menuju kampusnya sejauh 6 km sebesar 13 ribu menggunakan aplikator luar negeri. Setelah menggunakan promo, dia hanya membayar 5 ribu – 7 ribu tergantung situasi saat memesan. Sedangkan saat kerja praktik dengan jarak tempuh 8 km, biaya yang harus dikocek dari kantongnya adalah 18 ribu saat siang hari pukul 11. Dengan promo sebesar 7 ribu yang disediakan aplikator dalam negeri, membuatnya mengeluarkan 11 ribu. Hal ini yang membuatnya sedikit kaget karena mendapat situasi yang berbeda.


Dia sempat keberatan dengan situasi yang dialaminya. “Alasan personal sih. Pertama, saya baru magang. Magangnya di daerah Kuningan, yang itu jelas lingkungan orang kerja. Kedua, lokasi tempat kerja jauh. Ketiga, sekarang lagi bulan puasa. Jadi kaget aja kena triple. Karena promo terkikis dan harga naik juga kan,” ujarnya ketika menjelaskan situasi yang baru.


Namun, mahasiswi Ilmu Komunikasi ini merasa terbantu dengan adanya promosi yang diberikan aplikator kepada penggunanya. Sebagai orang yang menyukai promo, dia merasa diuntungkan. Dia menjelaskan cara kerja aplikator untuk menggaet pengguna dengan memberikan diskon atau potongan. Dalam praktiknya, Irinne diminta untuk membayar via cashless.


“(Dengan) promo, cara perusahaan ojek online untuk mendorong pengguna ke arah digital dengan memakai cashless milik aplikator tersebut. Sama-sama untung. Dia untung dapat user, saya untung dapat potongan harga,” ujar perempuan yang akrab disapa Iren.


Kenaikan tarif ini membuat Iren tetap menerima kenyataan. Pasalnya, sehari-hari dia menggunakan ojek online untuk berpergian. Walau harga naik, dia berusaha mengakalinya dengan mencari promosi yang disediakan aplikator. Menurutnya, ojek online lebih baik dibanding kendaraan umum dari segi pelayanan dan efektifitas.


Setelah perasaan yang terombang-ambing dirasakan oleh penumpang ojek online, lain cerita dengan mitra pengemudi ojek online. Takhuri, salah satunya. Driver yang bergabung dengan aplikator luar negeri ini merasakan keuntungan semenjak kenaikan tarif. Pria berusia 47 tahun ini mendapat pemasukan kisaran 400 ribu lebih dalam sehari. Lain ketika dia bekerja sebelum tarif naik. Dia membawa pulang 300 ribu per hari. Ada kenaikan 33% dari pendapatannya sebesar 100 ribu. Hal ini tidak terlepas dari tarif minimum sebesar 10 ribu yang selalu diterimanya ketika membawa penumpang jarak dekat.


Penumpang (jaket hitam) nampak berbincang dengan pengemudi ojek online (helm hitam). Depan Stasiun Duri.

Pria yang tinggal di daerah Tambora juga bercerita bahwa dia mendapat penumpang yang mengeluhkan jika sulit mendapat driver akhir-akhir ini. “Saya jawabnya, mungkin karena servernya kali ya, Mbak. Saya kurang tahu juga,” katanya.


Saat ini perhitungan bonus menggunakan berlian. Takhuri mengatakan setiap driver akan mendapat bonus yang berbeda tergantung performa. “Kalau saya dapat 310 berlian per hari, saya dapat bonus 185ribu. Cuma, sebelum perubahan tarif, bonus maksimal per hari yang didapat sebesar 200ribu dengan mengumpulkan 350 berlian,” katanya sambil memperlihatkan aplikasi grab driver miliknya.


Pengamat transportasi publik, Djoko Setijowarno, menjelaskan bahwa naiknya tarif ojek online membuat dilema banyak pihak. Terkait hal tersebut, Djoko mengacu pada PM 12 No 2019 tentang biaya jasa operasi. “Peraturan Menteri itu bicara keselamatan, suspend, dan permintaan. Ini dibuat pemerintah karena ingin melindungi warga negaranya, bukan mengakui ojek online sebagai angkutan umum,” paparnya.


Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang juga menyayangkan penasihat pemerintah yang tidak membatasi kuota ojek online seperti transportasi umum lainnya. Faktor ini yang memicu banyaknya kasus kecelakaan yang dampak buruknya hingga menewaskan pengendara ojek online.


Pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat ini menekankan keselamatan bagi para pengguna dan pengendara ojek online. Dia meminta semua pihak untuk berjuang untuk membantu transportasi umum menjadi lebih baik, agar dapat mengurangi penggunaan ojek online. “Berdasarkan UU no 22 nomor 29, pasal 138 – 139, tertulis pemerintah harus menyediakan transportasi umum. Bukan memperbanyak ojek online. Saya bicara keselamatan, mereka (penasihat pemerintah) bicara kapitalis. Dulu saya dibilang zaman old karena tidak mendukung ojek online. Tidak zaman now. Sekarang, saya diminta bantu. Kasihan juga, saya bantu aja, di luar Jakarta,” ujarnya.


Baik Dessy dan Irinne pernah mengalami kecelakaan. Dessy mengalami kecelekaan hingga kakinya mengalami bengkak ketika pengendara ojek online hilang keseimbangan saat jalanan dengan macet. Pengendaranya hanya meminta maaf tanpa bertanggung jawab atas musibah tersebut.


Untuk Iren, kakinya pernah tertabrak tembok saat memasuki komplek Universitas Pertamina. Pengemudinya juga tidak meminta maaf. "Saya tetap memberi drivernya bintang 5 tetapi saya memberi catatan kepada drvier jika Bapak meminta maaf, saya bisa memaklumkan rasa sakit ini," ujarnya. Keselamatan yang ditekankan Djoko harus dikaji pemerintah karena berurusan dengan nyawa warga negara Indonesia, baik pengendara maupun penumpangnya. (LW)

 
 
 

Comments


©2019 by Three Wolves' Journal

bottom of page