Jakarta, TWJ – Dilansir dari www.antaranews.com, Senin (25/2/2019) Moda Raya Transportasi (MRT) telah di uji coba pada public. Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar telah mengoperasikan MRT pada 8 gerbong kereta sektor Bundaaran HI-Lebak Bulus, Jakarta. Harga tiket telah ditetapkan pada akhir Januari yaitu Rp.8500 per 10 Kilometer, namun beberapa tokoh seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih akan mengkonsultasikan tarif MRT ini dengan pihak DRPD.
Tapi apakah harga ini termasuk terjangkau untuk masyarakat ? Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai tariff itu sudah masuk akal. “Kalau Rp8.500 per 10 kilometer saya rasa cukup reasonable kalau angkutan modanya maksimal”.
Pendapat lain datang dari pengamat Transportasi Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno mengatakan juga harga MRT sudah wajar. Katanya “Tarif murah atau mahal itu raltif, tetapi (Rp.8500 per 10 kilometer) ini masih wajar”.
Djoko menilai harga juga perlu disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan kemauan untuk naik transportasi umum, subsidi dibutuhkan dalam hal menarik perhatian pada awal – awal pembuatan. Di berbagai kota di dunia bahkan menggratiskan transportasi umumnya. Di negara maju telah digratiskan karena sistemnya sudah berjalan dan stabil, bagi Indonesia ini baru merupakan investasi jangka panjang yang kebijakannya sudah pasti memberatkan di awal.
Suatu kebijakan tidak ada yang jauh dari pendapat politik, dia mengatakan bahwa ada dua jenis peruntukkan dalam menentukan tarif, tarif flat (tidak naik) dan tariff berdasarkan jarak anta stasiun. Ia mengatakan tariff Rp.8500 per 10 kilometer adalah tahap promosi, dan dia mengusulkan kenaikan tarif Rp.10.000 setelah adanya evaluasi kelayakan.
Peneliti Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Wahyudi Akmaliah mengatakan tariff MRT harus terjangkau, dia menilai penerapan Transjakarta dan KRL telah sesuai dan adaptif untuk digunakan oleh masyarakat Indonesia. Itu juga harus dibarengi oleh kualitas dan kecepatan moda transportasi itu.
Dari berbagai pendapat itu kembali lagi pada pernyataan Dirut MRT Jakarta, William Sabandar, seharusnya tarif MRT Jakarta berkisar di harga Rp.30.000 per orang. “Namun hal tersebut tidak bisa dibebankan pada masyarakat,” alasan itu dikarenakan masih banyak kekurangan fasilitas pada MRT Jakarta. William menambahkan untuk mengembangkan bisnis MRT ini bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti bekerjasama dengan mitra –mitra dalam menyokong investasi besar ini.
Ghamal Peris menyebutkan ada tiga cara dari pihak MRT untuk memutar biaya operasional MRT. Pertama, dengan cara sponsorship dalam jangka waktu 700 meter dari stasiun. Kedua, bekerjasama dengan 15 retail. Ketiga, Pada tiap –tiap stasiun (UMKM) yang didukung oleh Bekraf diberikan kesempatan untuk menjual dagangannya. Untuk metode pembayaran pihak MRT menggandeng perbankan demi tujuan promosi MRT keseluruh Masyarakat.
Comments